Rabu, 24 Januari 2024

Yang Berlalu Biarlah Berlalu: Pandangan Islam tentang Masa Lalu


Masa lalu adalah bagian dari sejarah hidup manusia yang tidak bisa diubah atau dihapus. Setiap manusia pasti memiliki masa lalu yang berbeda-beda, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Namun, bagaimana seharusnya seorang muslim memandang masa lalu? Apakah ia harus terus meratapi dan menyesali masa lalu yang buruk, atau justru melupakan dan mengabaikan masa lalu yang baik?

Islam mengajarkan bahwa seorang muslim harus bersikap bijak dan adil dalam memandang masa lalu. Islam tidak melarang seorang muslim untuk mengingat masa lalu, asalkan ia tidak terjebak dalam kesedihan, penyesalan, atau kebanggaan yang berlebihan. Islam juga tidak menyuruh seorang muslim untuk melupakan masa lalu, asalkan ia tidak mengabaikan pelajaran, hikmah, atau syukur yang bisa diambil dari masa lalu.

Islam lebih menekankan pada pentingnya memanfaatkan masa kini dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Sebagaimana firman Allah SWT:

>وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

>Artinya: "Dan janganlah kamu lupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qashash: 77)

Dari ayat ini, kita bisa memahami bahwa seorang muslim harus bersyukur atas nikmat yang Allah berikan di dunia ini, baik yang berupa harta, kesehatan, ilmu, atau yang lainnya. Seorang muslim juga harus berbuat baik kepada sesama makhluk, baik yang berupa nasehat, bantuan, maupun dakwah. Seorang muslim juga harus menjauhi segala bentuk kerusakan, baik yang berupa dosa, maksiat, atau kezaliman.

Dengan demikian, seorang muslim bisa menjadikan masa lalu sebagai motivasi dan inspirasi untuk menjadi lebih baik di masa kini dan masa depan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

>عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلَا أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

>Artinya: "Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman: Wahai anak Adam, selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, Aku akan mengampuni dosa-dosamu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai langit, kemudian engkau memohon ampun kepada-Ku, Aku akan mengampuni dosa-dosamu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, kemudian engkau bertemu dengan-Ku tanpa menyekutukan-Ku dengan sesuatu, Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan sebanyak itu pula." (HR. Tirmidzi)

Dari hadits ini, kita bisa memahami bahwa Allah SWT adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Allah SWT tidak akan pernah menutup pintu taubat bagi hamba-Nya yang mau kembali kepada-Nya. Allah SWT juga tidak akan pernah mengurangi pahala bagi hamba-Nya yang mau bersyukur kepada-Nya. Allah SWT juga tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya yang mau bergantung pada NYA 

Oleh karena itu, seorang muslim harus bersikap bijak dalam memandang masa lalu. Ia tidak boleh terlalu terpaku pada masa lalu yang buruk, karena itu akan membuatnya stres, depresi, atau putus asa. Ia juga tidak boleh terlalu terlena dengan masa lalu yang baik, karena itu akan membuatnya sombong, lalai, atau malas. Ia harus mengambil pelajaran dari masa lalu, baik yang positif maupun yang negatif, dan menggunakannya sebagai bekal untuk menghadapi masa kini dan masa depan.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

>عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغُلِكَ وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

>Artinya: "Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, kesehatanmu sebelum datang penyakitmu, kekayaanmu sebelum datang kemiskinanmu, waktu luangmu sebelum datang kesibukanmu, dan hidupmu sebelum datang matimu." (HR. Hakim)

Dari hadits ini, kita bisa memahami bahwa seorang muslim harus memanfaatkan waktu dan kesempatan yang ada di masa kini untuk beribadah, beramal, dan berbuat baik. Seorang muslim juga harus mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan yang penuh dengan ujian, cobaan, dan ketentuan Allah SWT. Seorang muslim juga harus selalu ingat akan kematian, yang merupakan akhir dari segala masa, dan menghadapkan diri kepada Allah SWT dengan penuh pertanggungjawaban.

Dengan demikian, seorang muslim bisa menjadikan masa lalu sebagai sumber kekuatan, bukan sebagai beban. Seorang muslim bisa menjadikan masa lalu sebagai sumber inspirasi, bukan sebagai penghalang. Seorang muslim bisa menjadikan masa lalu sebagai sumber hikmah, bukan sebagai sumber duka.

Semoga artikel ini bermanfaat dan memberikan pencerahan bagi kita semua. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar